• Jelajahi

    Copyright © Sebogor Online
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sejarah dan asal usul nama Dramaga

    Aries Munandi
    , November 22, 2023 WIB Last Updated 2025-04-14T02:54:05Z
    masukkan script iklan disini



    Dermaga, Darmaga atau Dramaga? Penyebutan nama salah satu daerah yang ada di Kabupaten Bogor ini kerap memunculkan polemik. Terlepas dari apapun sebutannya, namun daerah ini ternyata mempunyai alur sejarahnya sendiri yang menjadi asal usul nama Dramaga itu sendiri.


    Sejarah Bogor sudah dimulai sejak berdirinya kerajaan-kerajaan di kawasan ini. Tercatat beberapa kerajaan yang menjadi cikal bakal peradaban di Jawa bagian barat mulai dari Salakanagara, Tarumanagara sampai Kerajaan Pajajaran. Bekas-bekas peninggalannya masih dapat dilihat hingga sekarang, seperti Prasasti Ciaruteun dan Tapak Gajah yang berada di Kampung Muara.


    Konon, menurut cerita orang-orang tua dahulu, Kampung Muara pada jaman dahulu adalah sebuah kota pelabuhan sungai yang bandarnya berada di tepi pertemuan antara Sungai Cianteun dengan Sungai Cisadane. Sedangkan Gunung Kapur dulu pernah menjadi sebuah Dermaga. Mungkin juga dari kisah yang turun temurun itulah awal mula penyebutan nama Dermaga. Adapun untuk Darmaga adalah nama lainnya dalam bahasa Sunda.


    Kendati demikian, tentulah sulit untuk menemukan bukti terkait keberadaan dermaga tersebut, terlebih dengan kondisi geografis pada saat ini. Selain itu, tidak ada satu pun bukti baik berupa lukisan, foto atau litografi yang mendokumentasikan hal tersebut. Padahal, orang-orang Eropa sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke-17 Masehi.


    Sebuah lukisan karya Johannes Rach bertahun 1770, kerap dianggap sebagai asal dan usul nama Dramaga karena lukisan itu menampilkan sebuah kapal berukuran besar dengan beberapa bendera Belanda yang berkibar tertiup angin. Semua lapisan masyarakat termasuk juga beberapa sejarawan pun beranggapan kalau lukisan ini menjadi bukti keberadaan dermaga di wilayah ini.


    Penyambutan van der parra oleh demang jawitara (Rach.1770)


    Padahal kalau kita mau menyimak keterangan yang dibuat oleh si pelukis, ternyata kapal yang ada dalam lukisan tersebut bukanlah kapal asli yang sedang bersandar di dermaga. Akan teapi sebuah replika kapal yang sengaja dibuat oleh Demang Jawitara untuk menyambut Gubernur Jenderal van der Parra ke wilayahnya, sekaligus juga mengenang pengasingan Jawitara saat dibawa dengan kapal VOC ke Tanjung Harapan (Afrika).


    Selain penyebutan Dermaga, ucapan paling populer yang banyak digunakan masyarakat Bogor adalah Dramaga. Hal ini dapat terlihat dari papan-papan penunjuk jalan, tulisan di peta, bahkan nama trayek di angkutan-angkutan kota (angkot). Begitu juga di website-website berita populer yang lebih sering menyebut kata Dramaga.

    Adapun menurut buku Toponimi Bogor, Dramaga memiliki arti tambakan susukan atau turap sungai. Keberadaan turap-turap kecil ini sampai sekarang masih dapat ditemukan di sekitaran sawah baru di dekat hotel yang ada di Dramaga.


    Pada masa lalu, ketika daerah ini masih bernama Buitenzorg. Sebagian besar wilayah Dramaga dan sekitarnya dikuasai oleh satu orang tuan tanah. Tuan tanah ini yang berkuasa penuh atas hak mengelola tanah yang dimilikinya. Jika ada warga pribumi yang tinggal atau berladang di tanahnya, maka ia tak segan akan mengambil upeti atau pajak. Jika tak sanggup bayar, biasanya jongos sang tuan tanah akan segera beraksi.


    Tuan tanah Dramaga saat itu adalah G.W.C van Motman (1773-1821). Bisa dibilang, van Motman ini adalah orang yang paling beruntung setelah bergabung dengan VOC lalu memilih pindah dari Belanda ke Hindia Belanda. Padahal di negara asalnya, van Motman bukanlah siapa-siapa. Sebagian besar keluarganya meninggal akibat penyakit TBC.


    Setelah van Motman bekerja di VOC lalu mengadu nasih di Hindia Belanda itulah, ia membeli sebidang tanah di Buitenzorg dengan harga yang sangat murah. Tidak butuh waktu lama, ia sudah menguasai hampir sepertiga wilayah Bogor pada saat itu.


    Di Dramaga, keluarga van Motman sangat menyukai kuda. Ia mengoleksi beberapa kuda mewah yang disimpannya dalam sebuah istal di dekat rumah kediamannya. Setiap satu tahun sekali, ia akan melombakan kuda-kudanya itu di Lapangan Pacuan kuda yang ada di Tanah Sareal.


    Keluarga van Motman tinggal di Dramaga di sebuah rumah mewah berukuran besar dengan halaman yang sangat luas dipenuhi aneka ragam pohon buah-buahan. Istana van Motman itu dinamakannya Groote Dramaga. Kelak, rumah peninggalan van Motman digunakan menjadi Wisma tamu Institut Pertanian Bogor (IPB).


    Demikian ulasan singkat mengenai sejarah dan asal usul nama Dramaga Bogor.


    Semoga bermanfaat

     

    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini

    Hobi

    +