masukkan script iklan disini
Riwayat Jembatan Satu Duit berawal dari masa ketika negeri ini masih dijajah Belanda. Pemberian nama jembatan yang melintasi Sungai Ciliwung di Kedung Badak, Tanah Sareal ini sudah terjadi sejak ratusan tahun silam. Simak kisahnya berikut ini.
Jembatan penghubung wilayah Warung jambu dan Jalan Ahmad Yani Tanah Sareal ini sudah ada sejak pendirian Bogor. Saat itu, dengan menggunakan kereta kudanya Baron van imhoff sang Gubernur Jenderal melintasi jembatan ini menuju rumah peristirahatannya yang terkenal dengan nama Villa Buitenzorg atau Istana Bogor sekarang.
![]() |
Jembatan satu duit dulu bernama Jembatan Kedung Badak, dari litrografi 1882 J.C Rappard |
Bagi orang-orang Belanda, jembatan ini lebih dikenal dengan nama Jembatan Kedung Badak atau jembatan kembar karena terdiri dari dua buah jembatan yang melintasi Sungai Ciliwung di bawahnya. Sebelum tahun 1890an, aliran Sungai di kawasan ini masih terbagi menjadi dua aliran seperti pada gambar di atas.
Pada awalnya konstruksi jembatan masih terbuat dari bambu, namun hal itu berubah setelah Buitenzorg berkembang menjadi kawasan pemukiman dan kebutuhan akan akses jalan yang lebih memadai. Di masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels jembatan ini digantikan dengan jembatan baru yang lebih kokoh.
Barulah sekitar tahun 1910-1920, Jembatan lama dibongkar lalu diganti lagi dengan jembatan baru menggunakan rangka besi yang tentu saja lebih kuat dan kokoh. Terlebih lagi pada masa itu, kehadiran kendaraan bermesin mulai menguasai jalanan di Batavia dan Buitenzorg.
Dari beberapa literatur dan sumber tulisan dari klipingan koran dan peta berbahasa Belanda, asal usul pemberian nama Jembatan Satu duit adalah sebagai berikut:
- Para pekerja yang membangun jembatan ini hanya diberikan upah sebesar Satu Real atau Satu Duit, dan sejak itulah jembatan ini dikenal dengan nama Jembatan Satu Duit.
- Setelah pembangunan Jalan Raya Pos selesai, jembatan ini dulu memiliki nama Toll Brug yang artinya siapa saja warga pribumi yang mau lewat jembatan ini harus membayar uang sebesar Satu Real atau Satu Duit untuk pemeliharaan jembatan. Hal ini lantaran, Jalan Raya Pos yang tidak dibebaskan untuk digunakan rakyat yang menggunakan gerobak ditarik kerbau.
Adapun menurut informasi yang telah beredar di masyarakat Bogor, bahwa asal usul penamaan Jembatan Satu Duit adalah sebagai berikut:
- Adanya pungutan kepada orang-orang yang mau melintasi jembatan ini. Dari nilai uang yang diberikan sebesar Satu Duit itulah muncul pemberian nama Jembatan Satu Duit.
- Adanya kepercayaan di masyarakat Bogor tempo dulu terutama di kalangan orang-orang Belanda yaitu melemparkan uang koin ke sungai Ciliwung dengan harapan agar diberi keselamatan saat melintasi jembatan ini pada malam hari.
- Selain itu ada juga kepercayaan bahwa melemparkan uang koin ke aliran sungai di bawah jembatan sambil memohon agar harapan dan keinginannya terkabul. Hal ini biasanya dilakukan orang-orang Belanda saat melintasi jembatan ini, karena mengikuti tradisi negara-negara Eropa pada saat itu.
- Dari kedua ritual melemparkan uang koin tersebut, muncul nama Jembatan Situ Duit yang menggambarkan sungai di bawah jembatan yang penuh oleh uang-uang recehan. Sebagian warga Bogor pun hingga kini masih ada yang menyebut jembatan ini dengan nama Jembatan Situ Duit.
Di era Daendels, nama jembatan satu duit dan tanah sareal mulai dikenal luas oleh penduduk sekitar. Sejarah Bogor baru saja membuat e-book yang berjudul Selayang Pandang Tanah Sareal yang isinya antara lain menceritakan sejarah dan asal mula pemberian nama Tanah Sareal dan jembatan Satu Duit. Jika Anda berminat memilikinya, silakan hubungi redaksi.
![]() |
Jembatan Satu Duit sekitar tahun 1940-an |
Riwayat jembatan satu duit memiliki beragam fakta sejarah yang sangat menarik. Terlepas dari mana versi yang tepat, namun konstruksi jembatan ini masih cukup kuat dilalui kendaraan yang berlalu lalang di atasnya.
Namun demikian, faktor umur jembatan yang sudah tua tentu harus segera mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Terutama karena aliran sungai di bawahnya yang kian curam dan dapat membahayakan jika sewaktu-waktu jembatan ini tidak lagi kuat menahan beban di atasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar